Baca Buku Nyok!

  • Half Full Half Empty
  • Pesona Muslim Abad 21
  • Ketika Cinta Bertasbih
  • Digital Fortress
  • Gue Never Die

Pilem2 nich

  • Nodame Cantabile
  • Nobuta O Produce
  • The Messenger
  • Deep Impact
  • Detective Conan
  • Wall-E

Just want to share some of all my story

Senin, 15 Oktober 2012

Teringat kata-kata captain Kouda dalam serial "Good Luck". Katanya, "a plane must be perfect same as the pilot". Juga inget kata-kata pramugari Togashi, "Even for a newbie a landing must be perfect". Padahal salah satu peribahasa yang paling akrab di telinga kita adalah, "no body's perfect. Saya bukan sedang belajar menjadi seorang perfeksionis, tapi entahlah, setelah kejadian tadi siang kata-kata captain Kouda dan pramugari Togashi terus terngiang di telinga. Seolah-olah semua playlist di kepala cuma berisi kata-kata itu. Emang ade ape non? Segitunyekah? Hari Senin ini, 15 Oktober 2012 kantor tempat saya bekerja mengadakan suatu kegiatan yang judulnya Forum Komunikasi Ormas dan LSM. Terlepas dari konten acara yang amburadul dan nggak nyambung sama judulnya dan saya juga baru tahu tadi kalau acara itu digabung dengan kegiatan TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa). Jadinya sepanjang acara didaulat jadi operator LCD saya cuma mesam mesem sambil mbatin, " Ni acara nggak nyambung banget sih. Judulnya apa yang dibahas apa". Ok, dari awal kita sepakat untuk nggak bahas konten acaranya, biarlah itu jadi PR kami. Kami? Saya nggak ngikut-ngikut ah. Hehe.. Jadi kejadiannya gini. Pasca acara saya keluar ruangan dan nyamperin temen-temen yang ada di meja administrasi. Eh, tau-tau ada yang lagi seru membahas sesuatu. Ternyata mereka lagi ngomongin tanda terima pembicara yang salah nominal. Mana salahnya jauh lagi. Kebetulan tuh tanda terima emang saya yang ngeprint akhirnya jadi mengikuti tuh pembahasan. Ternyata jumlah penerimaannya seharusnya nggak sebanyak yang ditulis di kertas. Kalau pak Dandim, karena mungkin buru-buru jadi nggak ngeh kalau uang yang dia terima lebih sedikit dari jumlah yang ada di tulisan. Tapi bapak yang dari Polres merhatiin dan nanya kok jumlahnya beda. Alhasil Bu Bendahara yang ngasih uang kaget terus ngecek. Sebenarnya kesalahannya melibatkan banyak orang. 1. Saya yang ngetik emang kurang paham jumlah yang harus ditulis berapa dan jumlah pembicara berapa. Karena ngrasa cuma bantu ngetik dan awalnya udah bilang kasubag saya kalau saya nggak ngerti dan sebaiknya Bapak Kasi yang tau jumlahnya aja yang buat. Tapi berhubung Pak Kasi yang punya acara emang lagi sibuk hari-hari ini, Bu kasubag yang notabene kedudukannya sejajar sama Pak Kasi nyuruh saya untuk buatin. Nanti kasih aja maunya Pak Kasi gimana. Nah salah saya juga nggak nanya ke Pak Kasi habis ngeprint dan berhubung Pak Kasi lagi pergi, jadi tanda terimanya tak tinggal di mejanya begitu saja. 2. Salah Pak Kasi juga karena nggak ngecek lagi tanda terima yang udah saya print. Tapi maklum juga sih, wong beliau lagi crowded. 3. Salah Bu Bendahara karena nggak ngecek tanda terima karena toh yang ngitung uang yang mau dikasih ke pembicara beliau. Sejenis suka nggampangke dan biasanya yang disalahin saya. Pokoke alhasil besok Bu Bendahara sama Pak Kasi akan menghadap para pembicara untuk minta maaf, sekalian bawa bukti-bukti yang menunjukkan bahwa menurut aturan honor pembicara yang mereka terima harusnya emang segitu bukan sejumlah yang tertulis di kertas tanda terima kemarin. Ngrasa bersalah banget, pasalnya saya yang ngetik dan cuma ngedit acara kemarin dengan pertimbangan jumlah pembicara sama. Saya belum paham kalau pembicara tingkat Kabupaten beda sama tingkat Provinsi ataupun Nasional. Tapi nek mau ngeles, saya bisa bilang bahwa seharusnya ada atasan yang ngecek pekerjaan saya. Apalagi untuk sebuah tanda terima honor pembicara. Masih nggak nyambung ya sama intro tentang Captain Kouda? Awalnya di TKP saya kebawa emosi, meski nggak ngomel-ngomel, tapi saya ngrasa bahwa saya bukan satu-satunya tersangka. Tapi sampai di jalan malah inget kisah Co-pilot Shinkai dalam serial "Good Luck". Dia salah satu co-pilot yang agak payah. Sedikit temperamental dan agak ceroboh tapi punya rasa kecintaan yang tinggi terhadap pekerjaannya sebagai pilot. Saat pesawat yang dico-pilotinya mau landing, tiba-tiba capain Misuzima yang harusnya melandingkan pesawat kena encok. Trus co-pilot Shinkai yang suruh landingin pesawat. Karena baru pertama dan agak grogi Shinkai hampir lupa nurunin ban pesawat. Tapi Captain Misuzima langsung ngingetin Shinkai. Akhirnya pesawat mendarat dengan selamat meskipun nggak mulus. Kabin pesawat sempat bergoncang agak keras dan itu masuk kategori pendaratan yang buruk. Captain Kouda adalah Captain senior yang udah nggak bertugas terbang, tapi dia kerjanya mengaudit setiap penerbangan. Jadi kalau ada pendaratan yang nggak mulus semacam kasus Shinkai, Capatain Kouda langsung menginspeksi kenapa bisa begitu. Nah trus Shinkai dipanggil dan diinterogari sama Captain Kouda. Captain Kouda emang agak killer orangnya. Tanpa basa-basi dia langsung bilang kalau Shinkai payah dan di bawah amatir. Yang saya ambil dari kisah itu adalah jangan mudah memaklumi sebuah kesalahan. Captain Kouda bukan orang yang menganggap orang lain harus sempurna ataupun dirinya harus sempurna, tapi dia orang yang yakin bahwa kesalahan sekecil apapun harus tetap dievaluasi dan dipertanggungjawabkan. Beda banget sama iklim kerja di kantor saya. Kebanyakan orangnya lebih suka menyalahkan orang lain ketika ada kesalahan atau setidaknya membela diri biar nggak disalahin. Semakin lucu melihat polah teman-teman yang seperti itu, semakin saya menyadari bahwa saya nggak lebih baik dari mereka. Sejak kecil saya suka ngeyel, kalau dinasehati selalu aja ada bantahan apa pun itu. Meskipun sebenarnya saya mendengar dan memikirkan nasehat yang diberikan. Tapi ibu sering mengeluh tentang sikap saya itu, bahkan beliau mengira kalau saya nggak pernah mendengarkan nasehatnya, padahal meskipun ngomel dan kadang terlihat nggak peduli sebenarnya saya memikirkan apa yang beliau sampaikan. Budaya nggampangke kesalahan, kurang evaluasi diri dan bahkan cenderung suka menyalahkan telah membudaya di dalam masyarakat. Ada yang bilang itu salah satu efek karena sejak kecil kalau jatuh yang disalahkan katak, "Adek jatuh iya, wah kataknya ni nakal ya. Sini kataknya pergi, nggak usah nangis ya". Kata-kata itu akrab di telinga anak-anak Jawa seperti saya. Apalagi menjadi anak bungsu di keluarga membuat saya jarang menjadi orang yang bertanggungjawab ataupun dimintai pertanggungjawaban. Hmm..sepertinya memang harus mulai berubah. Ceroboh itu ada karena suka menyepelekan kesalahan, akhirnya jadi kebiasaan deh. Mencoba menghidupkan jiwa Captain Kouda dalam diri sendiri. Tadi sempat kepikiran, saya punya cita-cita untuk bisa menyumbangkan karya yang bermanfaat dalam lingkup pemerintah daerah. Misal sejauh ini yang saya cita-citakan adalah bisa membuat sistem informasi perijinan penelitian terpadu dan mengawalnya hingga bisa diimplementasikan. Hal ini nggak mudah kawan, sebab perijinan penelitian yang ada selama ini sering melibatkan banyak pihak. Ada BAPPEDA yang memerlukan penelitian untuk menunjang perencanaan pembangunan. Ada Disdikpora yang memang bidangnya mengurusi masalah pendidikan termasuk ijin penelitian yang biasanya dicari Mahasiswa yang akan menempuh skripsi. Ada Badan Kesbanglinmas tingkat Provinsi yang harus dilapori dan Ada Kesbang Kabupaten yang jadi decicion maker pemberian ijin penelitian. Belum masalah begitu banyaknya proposal atau pun hasil skripsi yang nganggur di rak buku tanpa tau sejauh mana implementasinya bagi kehidupan di daerah. Agak muluk sih, tapi impian memang harus wah dan saya yakin suatu saat memang akan diterapkan. Hanya akankah SI Perijinan Penelitian itu akan diperjuangkan dan dibuat oleh saya atau orang lain. Nah itu yang pengen saya buktikan, bahwa saya bisa. Tapi melihat kembali bahwa untuk sekedar membuat tanda terima honor saja saya melakukan kesalahan yang membuat Pak Kasi dan Bu Bendahara harus minta maaf ke Dandim, Kasat Reskrim dan Setda. Apakah saya bisa melakukan hal yang besar untuk Magelang tercinta? InsyaAllah bisa, tapi saya harus memperbaiki diri. Lebih jeli pada kesalahan, bekerja secara total, senantiasa evaluasi diri dan mau mempertanggungjawabkan kesalahan, merupakan poin awal yang harus saya ubah. Ayo..ayo..Ovantia Bisa!!!

1 komentar:

  1. o ternyata PNS ngadain agendanya banyak yang ndak terstruktur rapi. kok sering tak perhatikan begitu ya?

    padahal pas mereka jadi mahasiswa dulunya berlatar belakang aktivis. apa mungkin karena tuntutannya harus jadi dan ada ya mbak.

    acara besar diminta jadi operator LCD saja? wah cah UGM memang multitalenta..apapun tuntutannya harus bisa.. bener nggak?

    BalasHapus